blog pernikahan

Kua online

MUDZAKAROH

JADWAL SHOLAT

New Comment

KBIH Al Washliyah Undang Arifin Ilham

Diposting oleh M. Aminudin On 21.34 0 komentar

ANJATAN – Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Al Washliyah Kabupaten Indramayu Koordinator Kecamatan Anjatan, akan menggelar walimatussafar bersama calon jamaah haji (calhaj), Kamis (5/11) mendatang.
Dalam kegiatan yang diisi tausiyah, dzikir akbar dan doa bersama bertempat di Masjid Besar (Mabes) Anjatan tersebut, panitia berencana mendatangkan Ustad Muhammad Arifin Ilham. “Insya Allah, Ustadz Arifin Ilham akan hadir,” ujar Ketua Panitia H Sofwan Hidayat, didampingi Sekretaris Moh Ikhsan Noor, Senin (26/10) di sekretariatnya.

Kedatangan Arifin Ilham merupakan kali kedua di Anjatan atau kali ketiga di Kabupaten Indramayu. Sebelumnya, pengasuh Majelis Az Zikra Depok tersebut, datang ke Anjatan saat acara dzikir akbar peresmian Mabes Baiturrohman pada pekan kedua November 2008 lalu.
Sofwan Hidayat menjelaskan, walimatussafar adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh para calhaj yang akan berangkat ke tanah suci Makkatul Mukarromah. Yakni menyelenggarakan selamatan sebagai ajang silaturahmi untuk memohon maaf, sekaligus meminta doa restu agar pelaksanaan ibadah hajinya mendapat ridho Allah SWT.
“Biasanya walimatussafar dilaksanakan oleh masing-masing calhaj. Musim haji tahun ini, KBIH Al Washliyah menyelengarakannya secara bersama-sama agar lebih efisien dalam penggunaan dana, waktu, tenaga, pikiran dan mengoptimalkan tujuan-tujuan beribadah,” terangnya.
Selain menghadirkan Arifin Ilham, pihaknya juga mengundang Bupati Indramayu H Irianto MS Syafiuddin (Yance) beserta unsur muspida, kepala Depag, kepala OPD dan pimpinan KBIH Al Washliyah Indramayu. Acara tersebut, juga bakal diikuti ribuan umat Islam dari berbagai wilayah. (kho)


Selalu ada cerita menarik bila warga asing berhasil mempersunting gadis pribumi. Kali ini seorang bule Belanda menikahi keponakan Sultan Kacirebonan, Raden Ajeng Reza Susana Wegi (29). Akad nikah dilangsungkan sederhana, Senin (19/10), dan resepsi direncanakan Mei 2010.

PENGAMAT kebudayaan dari Keraton Kacirebonan, Ahmad merasa menyesal tak sempat mengontak media massa saat akad nikah digelar pekan lalu. Beberapa hari setelahnya, baru ia menghubungi Radar Cirebon tentang momen bahagia itu. Di teras depan Keraton Kacirebonan, Minggu (25/10), Sultan Kacirebonan Abdul Gani Natadiningrat SE dengan antusias menerangkan cerita pernikahan tersebut.
Sultan menyebutkan, pernikahan dengan warga asing adalah kali pertama dijalani seorang anggota keluarga besar Keraton Kacirebonan. Raden Ajeng Reza Susana Wegi adalah putri kakak sulung sultan, Ratu Raja Putri Nur Huyedat Yeni. Sementara sang bule adalah peneliti sejarah kebudayaan keraton di nusantara, Antonius Adrianus Lutter.

Sultan menjelaskan, sebelum menikahi keponakannya, terlebih dulu Antonius menyatakan masuk Islam atau menjadi mualaf. Dan, setelah resmi menikah maka gelar raden pun tersemat padanya. Antonius merupakan lelaki kelahiran Utrecht, 27 Maret 1964, dan bertempat tinggal di Volkerakstaat 68 2595 VG’s Gravenhage Netherland.
“Antonius kali pertama datang ke Keraton Kacirebon pada 2007 dengan tujuan penelitian. Antonius menjelaskan pada saya bila di museum Leiden, Belanda, banyak benda budaya bersejarah asal keraton-keraton di Indonesia. Karena itu untuk memastikan penelitiannya lebih jauh, ia datang langsung ke Cirebon sebagai salahsatu daerah yang mempunyai sejarah keraton,” tuturnya.
Raden Ajeng Reza Susana Wegi, atau yang biasa disapa Susana mengungkapkan, kali pertama berjumpa dengan Antonius pada awal kunjungannya ke Keraton Kacirebonan. Saat itu ia merasa ada getaran cinta saat bertemu pandang dengan Antonius. Dan, gayung pun rupanya bersambut. Namun, karena mesti melanjutkan tugas sebagai peneliti, selepas kedatangan di 2007 itu Antonius melanjutkan ekspedisi ke beberapa negara lain.
Walau hubungan mereka lintas benua dan dipisahkan ribuan mil lautan luas, Susana membeberkan intensitas komunikasi disiasati dengan memanfaatkan jaringan SMS dan email. “Karena jauh-jauhan, lepas rindunya ya dengan SMS dan email saja. Habis mau ketemuan gimana,” ujarnya sambil tersenyum.
Karena mungkin sudah jodoh, lanjut Susana, pada Oktober 2009 Antonius kembali mengunjungi Indonesia untuk meneruskan penelitian. Kesempatan itu tak disia-siakan Antonius untuk menemui sang pujaan hati yang dua tahun tak bertemu. “Saat ketemu lagi, kami langsung sepakati untuk menikah. Alhamdulillah, Antonius mau masuk Islam sebagai ketentuan syarat dari keluarga besar saya,” katanya sumringah.
Pernikahan pun digelar pada Senin, 19 Oktober 2009. Susana menyebutkan, itu hanya akad nikah sederhana, sementara resepsi akan diadakan pada Mei 2010. Mengapa tak langsung menggelar resepsi? Perempuan bertubuh langsing itu mengaku sesuai dengan keinginan sang suami.
Saat ini Susana ditinggal Antonius yang kembali ke Belanda. Susana mengungkapkan hal itu karena suaminya banyak tugas yang mesti diselesaikan sebagai seorang peneliti sekaligus konsultan. Ia sendiri tak bisa langsung ikut menemani, karena mesti mempersiapkan paspor dan dokumen-dokumen kewarganegaraan, sebelum bisa diboyong tinggal di negeri Kincir Angin.
“Sebab itu Antonius menginginkan resepsi diadakan terpisah pada bulan Mei, dan selanjutnya kami akan pamit ke Belanda untuk tinggal bersama,” tuturnya.
Sultan Kacirebonan Abdul Gani Natadiningrat mengaku bahagia keponakannya bisa dinikahi peneliti sejarah asal Belanda. Lebih jauh ia berharap banyak saudara dan rekan-rekan Antonius yang akan mengunjungi keraton Kacirebonan sebagai salahsatu khasanah warisan keraton dunia.
“Ini awal yang baik sebagai promosi Keraton Kacirebonan di mata masyarakat Belanda. Kenalan Antonius kan pasti banyak, tentu referensi Keraton Kacirebonan akan dijelaskan olehnya untuk dikunjungi. Dan tentu, kunjungan wisatawan asing akan memompa denyut pariwisata keraton di Kota Cirebon,” tandasnya. (M RONA ANGGIE, Radar Cirebon)

Category : | Selengkapnya......

Keluarga Sakinah Tonggak Masyarakat Madani

Diposting oleh M. Aminudin On 09.36 0 komentar

Maqam keimanan dan ketakwaan, yang terejawantahkan dalam setiap gerak aktivitas seorang muslim adalah parameter bagi keunggulan diri. Hanya insan beriman dan bertakwalah, yang mampu melebur potensi diri untuk berbuat yang terbaik, berkarya yang bermanfaat, bagi agama, negara dan masyarakat. Proses penggemblengan insan unggulan tersebut bermula dari suatu wadah. Wadah atau organisme terkecil pembentuk masyarakat, yaitu : family atau keluarga. Family dalam Cambridge Advanced Learner’s Dictionaries berarti “a group of people who are related to each other, such as a mother, a father, and their children.” Bila diterjemahkan kedalam bahasa indonesia artinya adalah kelompok orang yang berhubungan satu sama lain, seperti ibu, ayah dan anak-anak.

Keluarga adalah tempat darimana setiap individu berasal dan dibesarkan. Karenanya, karakter keluarga banyak memengaruhi jati diri, cara-ciri seseorang dalam memandang berbagai dimensi kehidupan. Keluargalah influence utama bagi setiap pribadi. Pengalaman serta apa yang dipelajari seseorang dalam keluarga, secara tak langsung merupakan proses doktrinasi. Bagaimana seseorang mengemukakan pendapat, memilih kegiatan, berpartisipasi dalam kelompok, atau mengekspresikan sikap dimanapun ia berada, tak bisa lepas dari doktrin asal yang dianut keluarganya.
Doktrin dalam wujud nilai-nilai anutan, adalah pedoman setiap individu dalam menjalin hubungan horisontal maupun vertikal, dengan sesama manusia atau dengan Allah SWT sebagai Rabbul Áalamiin. Bila nilai yang diajarkan sarat akan hikmah kebaikan, maka produk keluarga tersebut adalah pribadi-pribadi unggulan. Unggul intelektual, unggul emosional, juga unggul spiritual. Artinya, selain cerdas dan mampu bersosialisasi dengan baik, insan unggulan berada pada tingkat keimanan dan ketakwaan yang istimewa.

Lalu, keluarga seperti apa yang mampu melahirkan pribadi-pribadi sebagaimana dipaparkan tersebut ?

***
Tiap-tiap pasangan muslim merindukan hidup dalam naungan rumahtangga sakinah. Rumahtangga atau keluarga yang sakinah didefinisikan sebagai suatu bangunan keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mendapat ridha dari Allah SWT, dan mampu menumbuhkan rasa kasih sayang pada diri setiap anggotanya. Dalam keluarga sakinah, tiap-tiap anggota akan merasa aman, tenteram, damai, bahagia, dalam menggapai cita-cita sejahtera di dunia dan akhirat kelak.

Dr. Muhammad Syafi’i Antonio M.Sc, mengungkapkan bahwa cita-cita keluarga sakinah akan tercapai dengan terpenuhinya beberapa syarat pokok, yaitu : “rumah yang luas” , “kendaraan yang nyaman”, isteri atau suami yang saleh dan salehah, serta rizki yang halal dan baik. “Rumah yang luas, maksudnya bukan rumah yang secara fisik berukuran luas, tetapi merupakan tempat tinggal yang membeirkan kelapangan hati, rasa tentram dan nyaman, seperti yang dimiliki oleh Rasulullah SAW sendiri. Kendaraan yang nyaman, tidak terbatas pada kuda, kereta atau mobil yang cepat saja, tetapi ia mempunyai fasilitas yang baik untuk menghantarkan pemiliknya ke tempat-tempat yang baik pula.” tambah pengusaha muslim terkemuka yang kini menjabat sebagai Chairman of Batasa Tazkia Consulting itu.

Menurut Ustadz HM Ihsan Tanjung, secara konkret, keluarga sakinah adalah rumahtangga dan tempat tinggal yang membuat para anggotanya betah berkumpul dan betah berinteraksi satu sama lain. Karena kedekatan dan kemesraan hubungan ayah, ibu dan anak-anaknya itu, masing-masing selalu tak sabar untuk kembali berkumpul di rumah, saat waktu aktivitas bekerja atau sekolah berakhir. Maka, bukan keluarga sakinah namanya, jika ayah, ibu, anak-anak enggan untuk segera menikmati kebersamaan, berbincang soal keseharian, saat rehat dari aktivitas sehari-hari. Bukan keluarga sakinah namanya, jika suami enggan pulang ke rumah, lebih suka clubbing, tak suka bicara soal keluarga dan tak merasa keluarganya memberikan sesuatu yang ia butuhkan, terutama : ketentraman hidup.

***
Dalam Konsep Pengembangan Keluarga Sakinah Persyarikatan A’isyiyah dicetuskan, bahwa keluarga sakinahlah yang mampu berfungsi sebagai lahan persemaian dan pengembangan manusia beriman- sosok person yang dicirikan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 177 : “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebaktian orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” Ada tiga karakteristik utama dalam pribadi manusia bertakwa, saat menyimak ayat ke 177 dari surat Al Baqarah itu. Karakteristik utama yang terumuskan sebagai : manusia yang memiliki rasa kedekatan dan keterikatan kepada Allah SWT ; manusia yang memiliki tanggungjawab atas pembentukan akhlak pribadi ; manusia yang memiliki tanggungjawab atas terbentuknya tatanan masyarakat sejahtera.

Menilik kondisi masyarakat kita yang jauh dari sejahtera, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah semakin goyahnya fondasi keluarga sakinah dalam rata-rata ‘bangunan’ keluarga kita. Kejadian yang menimpa ayah, ibu, anak-anak sehingga tampak rentan dijangkiti stres, adalah fakta yang menegaskan bahwa nilai-nilai yang mulia itu tidak lagi menjadi pedoman rata-rata keluarga di Indonesia. Kejadian broken home, samen laven, tingkat perceraian yang tinggi, membuat banyak kalangan mempertanyakan : kemana perginya nilai-nilai keberkahan keluarga yang telah dicontohkan oleh keluarga Rasulullah SAW itu ?

Menyaksikan fakta tersebut, seorang tokoh nasional-pun masih mengingatkan : “Mari kita jaga dan pelihara terus prinsip-prinsip dan nilai-nilai hidup keluarga yang mulia tersebut untuk selama-lamanya. Kita tidak perlu meniru-niru gaya kehidupan bangsa asing, yang tidak sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa.”

Apa yang Presiden sampaikan, tentu sangat relevan untuk waktu dan kondisi sekarang. Namun ditengah gempuran media global yang rajin mempropagandakan budaya asing yang palsu, diantara rata-rata keluarga dan individu yang kerap termakan westernisasi itu, bisa jadi kita masih harus menunggu terwujudnya cita-cita keluarga sakinah, cita-cita masyarakat sejahtera berazaskan nilai-nilai mulia. Masih banyak individu atau keluarga yang membutuhkan waktu, untuk mengurai akar permasalahan serta jujur mengakui, bahwa kehidupan mereka telah beranjak jauh dari prinsip dan cita-cita keluarga mulia.

Menyimak fakta tersebut, cita-cita keluarga sakinah, cita-cita masyarakat madani, kini menagih kita untuk berjuang sekuat tenaga. Lewat pendidikan, informasi, dan praktek nyata yang kita upayakan dari sekarang, ide tersebut kelak tak hanya tinggal sebagai wacana, tak hanya bersemi dalam acara seminar, diskusi atau lokakarya setahun sekali. Semoga saja, dengan begitu kita tak perlu menunggu terwujudnya tatanan keluarga sakinah/masyarakat ideal, untuk kurun waktu yang lama.



Jakarta, 5/10 (Pinmas)--Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni, Senin (5/10) meresmikan penggunaan gedung kantor Departemen Agama di Jalan MH Thamrin Jakarta. Gedung dengan arsitektur menara berlantai 20 ini dibangun di lokasi strategis dengan menggunakan dana APBN.

"Gedung ini dibangun di lokasi gedung utama Departemen Agama yang mulai digunakan sebagai kantor pusat sejak 1963 pada masa Menteri Agama almarhum KH Syaifuddin Zuhri. Ide mendirikan kantor pusat yang dapat menampung seluruh kegiatan Departemen Agama di Jalan Thamrin ini muncul sejak lama, bahkan sebelumnya sempat terbengkalai pembangunannya," papar Menag ketika meresmikan penggunaan kantor Depag. Hadir dalam acara tersebut mantan Menag H Malik Fadjar, Sekjen Depag Bahrul Hayat, Walikota Jakarta Pusat Hj Sylvia Murni, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Ali Mustafa Yaqub dan sejumlah undangan lainnya.

Menurut Menag, beberapa Menteri Agama setelah periode KH Saifuddin Zuhri, yaitu almarhum KH Mohammad Dachlan, Prof Dr HA Mukti Ali dan H Alamsjah Ratu Prawiranegara berkantor di tempat ini, sebelum adanya gedung di Jalan Lapangan Banteng Barat yang diresmikan oleh Menteri Agama almarhum H Munawir Sjadzali MA.

Keberadaan gedung perkantoran Departemen Agama di lokasi yang amat strategis ini, lanjut Menag, dipertahankan karena merupakan salah satu tapak sejarah Departemen Agama. "Kepada jajaran Departemen Agama, saya berpesan peliharalah gedung ini sebaik-baiknya dan pancarkan misi Departemen Agama dari tempat ini."

Gedung kantor Depag berlantai 20 ini akan diisi oleh Litbang dan Diklat Depag, enam bimas, Ditjen Bimas Islam, Ditjen Bimas Kristen Protestan, Ditjen Bimas Katolik, Ditjen Bimas Hindu, Ditjen Bimas Budha, dan Kong Huchu, serta Lembaga Kerukunan Umat Beragama (LKUB).

"Kami mengharapkan gedung ini dapat mempererat persatuan dan kesatuan. Semua agama yang diakui di Indonesia mendapat tempat di sini. Untuk itu jangan ada lagi pertentangan. Pertentangan itu tidak ada yang benar, semuanya salah. Yang benar itu kita harus rukun satu sama lainnya," kata Menag. (dik)


Category : | Selengkapnya......

Bimas Islam Kehilangan Putra Terbaik

Diposting oleh M. Aminudin On 18.45 0 komentar

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama telah kehilangan salah satu putra terbaiknya. Sekretaris Ditjen Bimas Islam Drs.H.Mudzakir, MM telah wafat pada hari Senin tanggal 28 September 2009 jam 22.30 di Semarang Jawa tengah. Almarhum dimakamkan di Komplek Pondok Pesantren Al Fatah Parakan Canggah Banjarnegara Jawa Tengah.

Selama hidupnya almarhum Mudzakir Maruf dikenal sebagai seorang Bapak yang baik, mengayomi dan sangat perhatian terhadap anak buahnya. Seluruh Pegawai Ditjen Bimas Islam merasa kehilangan sosok almarhum yang dikenal bijaksana. Almarhum juga dikenal sebagai pegawai yang taat dan patuh terhadap atasannya selama 32 tahun mengabdi di Departemen Agama.

Almarhum di angkat menjadi pegawai Departemen Agama 32 tahun yang lalu, pernah menjadi Kabag TU Menteri Agama, Kabag Kepegawaian di Biro Kepegawaian, Kabag TU Kanwil dan Kepala Kanwil Depag Propinsi Kalimantan Tengah, Direktur Pembinaan Haji, Direktur Urusan Agama Islam dan terakhir menjabat sebagai Sekretaris Ditjen Bimas Islam.
Prosesi pemakaman almarhum dilaksanakan di Pondok Pesantren Al Fatah Parakan Canggah Banjarnegara Jawa Tengah yang dihadiri oleh masyarakat Banjarnegara dan dilepas oleh Direktur Penerangan Agama Islam dan Bupati Banjarnegara. Selamat jalan Bapak,,,, Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosanya dan menjadikan surga sebagai tempat terakhirnya,,,,, (amiiin).
Seluruh jajaran Pegawai KUA ARAHAN turut berduka cita, semoga pengabdian Almarhum bisa menjadi amal jariyah dan mendapat ridlo Allah swt.

Category : | Selengkapnya......